Sabtu, 06 Agustus 2016

HASIL KEBUDAYAAN BACSON – HOABINH

mata pelajaran kali ini akan membahas :

HASIL KEBUDAYAAN BACSON – HOABINH atau BUDAYA LOGAM DI INDONESIA.http://ciirjepara.blogspot.co.id/2016/08/hasil-kebudayaan-bacson-hoabinh.html


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah.
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari. Bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.

Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna praktis, yaitu penjelasan yang bisa dimanfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi dasar ilmu pengetahuan manusia dari zaman pra-sejarah hingga awal abad ke-20.

Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya, kemajuan- kemajuan serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui hingga abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida tersebut mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang membangun kedua monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling sederhana tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar dari apa yang kita kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir.

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengungkapkan tentang peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M. pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. M. AL-khawarizmi telah menyusun buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa.

Dari beberapa uraian tersebut, ternyata perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan harus mengetahui secara detail sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu.

PERADABAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA

A.      PROSES MIGRASI RAS PROTO MELAYU DAN DEUTERO MELAYU DI KAWASAN ASIA TENGGARA.

Menurut Kern dan Von Geldern bahwa asal-usul nenek moyang bangsaIndonesiaadalah bangsaAustronesia. Bangsa Austronesia masuk kepulauanIndonesiasekitar abad 2000 SM atau yang sering disebut zaman Neoliticum. Mereka masukIndonesiamelalui dua jalur atau jalan yaitu jalan barat dan jalan timur.
1. Jalan barat menempuh rute daratanAsialalu Semenanjung Melayu dan Sumatera.
2. Jalan timur menempuh rute daratan Asia lalu Philipina dan Sulawesi.
Zaman Neolithikum hasil budayanya dibedakan menjadi dua yaitu kapak lonjong dan kapak persegi. Persebaran kapak persegi dari daratan Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama di Indonesia bagian barat. Sementara kapak lonjong perseberannnya melalui jalan timur dan peninggalannya banyak tersebar di Indonesia bagian timur. Pendukung budaya kapak persegi adalah bangsa Austronesia dan pendukung kapak lonjong adalah bangsa Papua-Melanesoide (sama-sama disebut bangsa Austronesia).
Proses migrasi berlangsung mulai tahun 2000 SM berjalan terus hingga tahun 500 SM. Sehingga hubungan dengan Asia terjalin dalam waktu yang cukup lama pada tahun 500 SM, masuk gelombang kedua yang memiliki kebudayaan lain dari pada yang lain. Mereka telah mampu mengolah logam dan membuat alat-alat dari logam. Kebudayaan logam semula adalah kebudayaan Dongsong yang masuk Indoenesia melalui jalan darat.
Hasil budayanya seperti nekara, kapak corong, kapak lonjong. Mereka masuk ke Indonesia melalui jalan barat yaitu Asia melalui Thailand dan Malaysia Barat dan terus ke seluruh nusantara. Pendukung kebudayaan perunggu adalah bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda. Keturunan bangsa Proto Melayu atau Melayu Muda atau bangsa Austronesia adalah suku Batak, Toraja dan Papua. Adapun keturunan bangsa Deutero Melayu antara lain suku Jawa, Sumatera, Bugis.

B.     PENGARUH BUDAYA BACSON HOABIN DAN DONGSON PADA PERKEMBANGAN BUDAYA MASYARAKAT AWAL DI KEPULAUAN INDONESIA.


1. KEBUDAYAAN BACSON HOABIN.
Pengaruh budaya Bacson Hoabin ternyata berkembang sampai ke kepulauan nusantara. Hasil budayanya seperti Peble (kapak Sumatera) dan alat-alat tulang. Jadi, kebudayaan Bacson Hoabin adalah budaya zaman mesoliticum (zaman batu tengah). Dinamakan Bacson Hoabin karena tempat penemuan kebudayaan ini berada di pegunungan di daerah Hoabin Tonkin Indocina. Kebudayaan Bacson Hoabin masuk melalui Thailand Melayu lalu menyebar ke Nusantara. Ciri khas alat batu kebudayaan Bacson Hoabin adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam.
Di Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson Hoabin ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan,Sulawesisampai ke Papua (Irian Jaya). Di daerah Jawa, alat-alat kebudayaan batu sejenis dengan kebudayaan Bacson Hoabin ditemukan di daerah lembah sungai Bengawan Solo. Di samping daerah-daerah di atas, maka kebudayaan ini juga ditemukan di pedalaman Semenanjung Minahasa (Sulawesi Utara),Flores, Maluku Utara dan lain-lain.

1.    Kapak Genggam
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
Kapak genggam
2.    Kapak Dari Tulang dan Tanduk
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya. Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, serta menangkap ikan.
           
3.    Flakes berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon.
Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).

2. KEBUDAYAAN DONGSON.

Kebudayaan Đông sơn adalah kebudayaan zaman perunggu yang berkembang di lembah sông hồng,vietnam. Kebudayaan ini juga berkembang di asia tenggara, termasuk di nusantara dari sekitar 1000 sm sampai 1 sm.
Kebudayaan dongson mulai berkembang di indochina pada masa peralihan dari periode mesolitik danneolitik yang kemudian periode megalitik. Pengaruh kebudayaan dongson ini juga berkembang menuju nusantara yang kemudian dikenal sebagai masa kebudayaan perunggu.
Asal mula kebudayaan ini berawal dari evolusi kebudayaan austronesia . Asal usulnya sendiri telah dicari dari barat dan bahkan ada yang berpendapat bahwa kelompok itu sampai di dongson melalui asiatengahyang tidak lain adalah bangsa yue-tche .namun pendapat ini sama halnya dengan pendapat yang mengaitkan dongsaon dengan kebudayaan halstatt yang ternyata masih diragukan kebenarannya.
Asumsi yang digunakan adalah bahwa benda-benda perunggu diyunnandengan benda-benda yang ditemukan di dongson. Meski harus dibuktikan apakah benda-benda tersebut dibuat oleh kelompok-kelompok dari barat sehingga dari periode pembuatannya, dapat menentukan apakah benda tersebut adalah model untuk dongson atau hanyalah tiruan-tiruannya. Jika dugaan ini benar maka dapat menjelaskan penyebaran kebudayaan dongson sampai ke dataran tinggiburma.
Benda-benda arkeologi dari dongson sangat beraneka ragam, dari berbagai aliran. Terlihat dari artefak-artefak kehidupan sehari-hari ataupun peralatan bersifat ritual yang sangat rumit. Perunggu adalah bahan pilihan. Benda-benda seperti kapak dengan selongsong, ujung tombak, pisau belati, mata bajak, topangan berkaki tiga dengan bentuk yang indah. Kemudian gerabah dan jambangan rumah tangga, mata timbangan dan kepala pemintal benang, perhiasan-perhiasan termasuk gelang dari tulang dan kerang, manik-manik dari kaca dan lain-lain. Karya yang terkenal adalah nekara besar diantaranya nekara ngoc-lu yang kini disimpan di museum hanoi, serta patung-patung perunggu yang sering ditemukan di makam-makam pada tahapan terakhir masa dongson.
      
TOMBAK DONG SON

Kebudayaan Dongson yang berkembang di situs Dongson, ternyata juga ditemukan karya-karya budaya yang diinspirasikan oleh kebudayaan tersebut di bagian selatan*Semenanjung Indochina*(Samrong,*Battambang*di*Kamboja) hingga Semenanjung Melayu (Sungai Tembeling di Pahang dan Klang di Selangor) hingga Nusantara (Indonesia).

Benda-benda ini dibawa masuk ke Indonesiaoleh bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda. Mereka masuk ke Indonesiakurang lebih tahun 500 SM melalui jalur barat. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesiaantara lain nekara, kapak corong, moko, manik-manik, bejana perunggu dan arca perunggu.
Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dongson, sangat penting karena benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak Dongson, dan bukan mendapat pengaruh budaya logam dari India maupun Cina. Budaya perunggu bergaya Dongson tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan kepulauan Indonesia. Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan dan bahan-bahan yang digunakan. Budaya Dongson sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan budaya perunggu di Indonesia, bahkan tidak kurang dari 56 nekara yang berhasil ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara ditemukan di daerah pulau Sumatera, Jawa dan Maluku Selatan.
Dari uraian di atas jelas bahwa kebudayaan Bacson Hoabin dan budaya Dongson ada hubungan erat dengan kebudayaan zaman Mesolitikum dan budaya perunggu diIndonesia.






Selain kebudayaan batu manusia pra sejarah menghasilkan kebudayaan logam yang hasilnya jauh lebih kuat dan lebih mudah pembuatannya.
Zaman logam dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. ZAMAN TEMBAGA
Dinamakan zaman tembaga karena manusia membuat alat rumah tangga terbuat dari tembaga. Arahya alat ini tidak banyak ditemukan di Asia Tenggara maupun di daerahIndonesia. Setelah zaman Neolitikum kita langsung memasuki zaman perunggu.

2. ZAMAN PERUNGGU
Disebut zaman perunggu karena alat-alat kebutuhan rumah tangga terbuat dari perunggu yaitu campuran tembaga dan timah. Contoh alat perunggu adalah :
a. Nekara
Nekara adalah bejana yang bentuknya seperti benembung yang berpinggang. Nekara yang terbesar disimpan di Pura Penataran Sasih Bali, yang berdiameter 160 cm. Untuk memperindah nekara biasanya dihiasi dengan hiasan seperti ikan, kijang pals Tonetrie dan sebagainya. Daerah temuannya ada di Maluku, Selayar, Bali dan Nusa Tenggara.
b. Bejana Perunggu
Bejana perunggu bentuknya seperti gitar Spanyol. Saat ini bejana perunggu hanya ada di Indonesia, di Madura dan satu ditemukan di Sumatera.
c. Moko
Adalah benda perunggu yang bentuknya seperti nekara tetapi agak langsing, sebagian moko ada yang dikeramatkan dan disucikan serta sebagai benda upacara. Moko ditemukan di Nusa Tenggara.
d. Kapak Perunggu
Kapak perunggu terdiri atas kapak sepatu atau kapak corong dan candrasa. Kedua benda ini bentuknya sangat indah sehingga kemungkinan benda ini sebagai alat upacara.
e. Arca Perunggu
Arca perunggu bentuknya sekilas agak lucu. Biasanya menggambarkan manusia dan binatang. Ditemukan di daerah Jawa Timur, Bogor dan Palembang.
f. Perhiasan Perunggu
Perhiasan yang terbuat dari perunggu bentuknya seperti gelang, cincin, kalung, anting-anting serta bandul. Ditemukan di daerah Malang, Bogor, Bali.









3. ZAMAN BESI

Benda-benda terbuat dari besi tidak banyak yang sampai pada kita yang kita kenal antara lain : mata kapak, tongkat, mata tombak, mata pisau, mata tembilang, gerabah, cangkul dan lain-lain.
Teknik pembuatan benda perunggu : Untuk mengolah perunggu menjadi sebuah benda hiasan atau alat keperluan sehari-hari tidaklah mudah. Perlu ketrampilan dan kemahiran agar bisa dibentuk menjadi benda yang diinginkan.
Ada2 cara pembuatan alat dari perunggu yaitu teknik bivalve dan teknik cire perdue.
Teknik bivalve : yaitu membuat benda perunggu dengan menggunakan dua cetakan dari batu yang bisa dibuka dan ditutup, cetakan batu tersebut dibuatkan lubang kecil untuk memasukkan cairan perunggu. Setelah perunggu dingin dan mengeras, cetakan lalu dibuka dan jadilah barang perunggu yang diinginkan. Cara ini lebih efisien karena cetakan bisa digunakan berkali-kali.
Teknik cire perdue : yaitu teknik pembuatan benda perunggu dengan membuat cetakan dari benda tiruan terlebih dahulu yang terbuat dari lilin atau sejenisnya. Benda tiruan kemudian dibalut dengan tanah liat lalu dibakar, maka lilin akan keluar mencair. Tempat lilin yang kosong diisi dengan cairan perunggu. Cara ini agak memakan waktu lama tetapi bisa membuat beraneka bentuk yang diinginkan.

























Sejarah Eropa
Sejarah Eropa dimulai dari sejak manusia pertama menghuni daratan Eropa pada zaman prasejarah hingga saat ini.
Untuk prasejarah Eropa, manusia mulai masuk ke Eropa pada Zaman Batu Tua (Paleolitikum). Penerapan pertanian sekitar tahun 7000 SM mengantar manusia masuk Zaman Batu Muda (Neolitikum). Neolitikum di Eropa berlangsung selama 4000 tahun bersamaan dengan tersebarnya budaya penggunaan logam ke seluruh benua. Kemajuan teknologi selama zaman prasejarah datang melalui orang-orang Mediterania, menyebar secara bertahap ke arah barat laut. Beberapa peradaban paling terkenal dari prasejarah Eropa adalah peradaban Minoa dan Mykenai, yang berkembang selama Zaman Perunggu sampai keruntuhan Zaman Perunggu dalam waktu yang singkat sekitar tahun 1200 SM.
Periode dalam sejarah Eropa yang dikenal sebagai era klasik dimulai dengan munculnya negara-kota Yunani Kuno. Pengaruh Yunani mencapai puncaknya di bawah kekaisaran Alexander Agung, yang menyebar ke seluruh Asia. Eropa utara dan barat didominasi oleh kebudayaan La Tène, pendahulu bangsa Kelt. Roma, sebuah negara-kota kecil, secara tradisional berdiri pada tahun 753 SM, kemudian tumbuh menjadi Republik Romawi pada 509 SM dan kemudian menggantikan kebudayaan Yunani sebagai peradaban Mediterania dominan. Peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahan Julius Caesar mendorong reorganisasi Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi. Kekaisaran ini kemudian dibagi oleh kaisar Diokletianus menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur. Selama abad ke-4 dan ke-5, orang-orang Jermanik dari Eropa utara meningkatkan kekuatan dan serangan yang berulang-ulang yang menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, saat yang secara tradisional menandai akhir dari periode klasik dan awal Abad Pertengahan.
Selama Abad Pertengahan, Kekaisaran Romawi Timur bertahan, meskipun sejarawan modern menyebut negara ini sebagai Kekaisaran Bizantium. Di Eropa Barat, bangsa Jermanik menduduki bekas wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat dan mendirikan kerajaan dan kekaisaran mereka sendiri. Dari semua bangsa Jermanik, suku Frank naik ke posisi hegemoni atas di Eropa Barat, Kerajaan Franka mencapai puncaknya di bawah pimpinan Charlemagne sekitar tahun 800 M. Kerajaan ini kemudian terbagi menjadi beberapa bagian; Franka Barat akan berevolusi menjadi Kerajaan Perancis, sementara Franka Timur akan berevolusi menjadi Kekaisaran Romawi Suci, cikal bakal Jerman modern. Kepulauan Inggris menjadi tempat beberapa migrasi skala besar. Penduduk asli Celtic telah terpinggirkan selama periode Britania Romawi, dan ketika bangsa Romawi meninggalkan Kepulauan Inggris selama tahun 400-an, gelombang bangsa Anglo-Saxon Jermanik bermigrasi ke Inggris selatan dan mendirikan serangkaian kerajaan kecil yang akhirnya berkembang menjadi Kerajaan Inggris tahun 927 M.
Peradaban Yunani-Romawi menghiasi zaman permulaan Eropa, dimulai dari Yunani Kuno, yang biasanya dianggap sebagai dasar dari peradaban Barat dan pengaruhnya dalam bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni. Nilai-nilai tersebut diteruskan oleh Republik Roma yang berpusat di Laut Tengah, hingga Kekaisaran Romawi mencapai puncak kejayaannya sekitar tahun 150.




















PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar