ETNOGRAFI
DESA BANTRUNG
Laporan Penelitian Etnografi Desa Bantrung ini
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Pelajaran Sejarah
Kelas XII IPA pada MA Walisongo Pecangaan Jepara
Tahun Pelajaran 2014-2015
DI SUSUN OLEH
YANTI FITRIYANI
No Induk:
MA
Walisongo Pecangaan Jepara
Alamat
: Gedung MA Walisongo jalan kauman No.1 Pecangaan Jepara
Lembar
Pengesahan
Laporan penelitian desa Bantrung ini disahkan pada :
Hari :
Di/tanggal :
Oleh :
(ii)
MOTTO
1. Dimanapun dan kapanpun jadilah
engkau seorang leader (pemimpin) yang bijaksana.
2. Yakin bahwa setiap orang dapat
mentransformasikan situasi apapun, dengan syarat memiliki visi, inisiatif,
kesabaran, penghargaan, keteguhan, keberanian, dan keyakinan untuk mempercayai
bahwa ia mampu menjadi pemimpin bagi hidupnya.
3. Hidup nyaman tidak harus dengan
kemewahan dan gebyarnya dunia, tetapi satu, yaitu berpegang teguh pada
ketaqwaan dan selalu percaya bahwasannya allah selalu ada buat kita.
(iii)
KATA
PENGANTAR
Assalamu‘alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir yang berjudul “Penelitian Etnografi Desa Bantrung”. Tugas ini disusun
sebagai persyaratan tugas akhir mata pelajaran sejarah kelas XII program IPA MA
Walisongo Pecangaan Jepara.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Allah SWT.
2.
Kedua orang tua yang selalu memberikan
dukungan dan doanya.
3.
Bapak Drs. Santoso sebagai kepala sekolah
Madrasah Aliyah Walisongo
Pecangaan Jepara.
4.
Bapak Drs. H. Eko Sunarto
Abdussalam.
5.
Kepala Desa Bantrung Bapak Muh. Zuri
yang telah memberikan ijin pada penulis untuk melaksanakan penelitian.
6.
Bapak dan ibu guru yang memberikan
kepada penulis
7.
Rekan-rekan MA Walisongo pecangaan
Jepara yang telah membantu dalam proses penelitian dan memberikan doronan
kepada penulis.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin!
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
Jepara, 14 November 2015
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
Jepara, 14 November 2015
Yanti Fitriyani
(vi)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………………………………… ii
MOTTO……………………………………………………………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….. iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………………. 1
B.
Perumusan Masalah……………………………………………………………………………….
1
C.
Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………….
1
D. Metode Penelitian………………………………………………………………………………… 2
E.
Sistematika Penulisan……………………………………………………………………………. 2
BAB II. ETNOGRAFI DESA BANTRUNG……………………………………………………………… 3
A. Lokasi, Lingkungan Alam, dan Demografi……………………………………………….. 5
B.
Asal Mula dan Sejarah Desa Bantrung…………………………………………………….
6
C.
Bahasa…………………………………………………………………………………………………… 8
D. Sistem teknologi…………………………………………………………………………………… 9
E.
Sistem mata pencaharian……………………………………………………………………….
9
F.
System Kekerabatan Organisasi
Sosial…………………………………………………… 10
G. Sistem Pengetahuan………………………………………………………………………………. 11
H. Kesenian………………………………………………………………………………………………… 12
I.
System Kepercayaan/Religi…………………………………………………………………….
13
BAB III. DAFTAR RESPONDEN …………………………………………………………………......... 14
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………………………. 15
BAB V. PENUTUP……………………………………………………………………………………………..
16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
dasarnya suatu gagasan muncul dan menghasilkan suatu karya selalu terdapat
unsur yang melatar belakangi. Demikian juga dalam pemilihan judul ada beberapa
hal yang melandasi yaitu :
1. Penulis
ingin memberitahukan kepada pembaca etnografi Desa Bantrung
2.
Penulis ingin memberitahukan kepada
pembaca yang lebih rinci tentang Desa Bantrung.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.
Bagaimana keadaan geografis dan batas
wilayah desa Bantrung?
2.
Bagaimana keadaan demografi desa
bantrung?
3.
Bagaimana sistem mata pencaharian
penduduk desa bantrung
4.
Bagaimana hubungan atau system
kekerabatan penduduk di desa bantrung?
C. Tujuan Penelitian
Bersamaan dengan latar belakang dalam
permasalahan penelitian maka tujuan penelitian ini diantaranya adalah :
1.
Untuk mengetahui Desa Bantrung
2.
Untuk mengetahui lebih rinci tentang
keadaan Desa Bantrung
(1)
D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode
interview(wawancara) yaitu dengan teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan Tanya jawab secara langsung pada narasumber yang bersangkutan.
E. Sistematika Penulisan
BAB I. pendahuluan
: yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, sistematika penelitian.
BAB II.
Etnografi Desa Bantrung : yang berisi mengenai uraian dan penjelasan tentang
keadaan desa dan etnografi Desa Bantrung.
BAB III.
Penutup : yang berisi kesimpulan dan saran, serta catatan-catatan lain yang
menjadi sumber penulis tugas ini.
(2)
BAB
II
ETNOGRAFI
DESA BANTRUNG
A. Lokasi, Lingkungan Alam, dan
Demografi
1. Lokasi
a.
Batas-batas Desa Bantrung
Ø Sebelah
Utara : kecapi
Ø Sebalah
selatan : Mindahan dan Bawu
Ø Sebelah
Timur : Bringin
Ø Sebelah
Barat : Bawu dan Kecapi
b.
Jumlah RW : 4
c.
Jumlah
RT : 16
Yang terdiri dari beberapa dukuh, yaitu:
·
Dukuh Krajan (RT 1-2-3)
·
Dukuh Ngancar (RT 4)
·
Dukuh Sekutho (RT 5-6)
·
Dukuh Sendang (RT 7-8)
·
Dukuh Pendem (RT 9-10-11)
·
Dukuh Dongdowo (RT 12-13-14)
·
Dukuh duko (RT 15)
·
Dukuh tanggul (RT 16)
d.
Luas Wilayah : 43.267 Ha / 4.31 Km(persegi)
(3)
2. Lingkungan Alam
Desa
ini terletak pada ketinggian 20 meter di atas permukaan laut, pada Desa
Bantrung ini, iklim/cuaca yang pada umumnya sama seperti daerah lainnya.
Apabila sedang musim hujan, maka curah hujan yang relatif tinggi namun tidak
sampai menyebabkan banjir. Dan di
dominasi dengan tanaman mangga, pisang, rambutan, durian, nangka, bambu, dan
masih banyak lagi tanaman-tanaman lainnya. Serta berbagai tanaman palawija
seperti : padi, jagung, kedelai, dan kacang-kacangan, dsb.
3.
Demografi
a. Jumlah
Penduduk
·
Laki-laki : 2.896
·
Perempuan : 3.537
·
Jumlah : 6.431
b. Jumlah
Keluarga : 1.718
c. Jumlah
Penduduk Menurut Usia
No
|
Kelompok
Umur
|
Jumlah
|
%
|
1.
|
0
– 1 tahun
|
109
|
1,7
|
2
|
1
– 5 tahun
|
436
|
6,8
|
3
|
5
– 6 tahun
|
119
|
1,9
|
4
|
7
– 15 tahun
|
744
|
11,6
|
5
|
16
– 21 tahun
|
576
|
8,9
|
6
|
22
– 59 tahun
|
4162
|
64,7
|
7
|
>60
tahun
|
285
|
4,4
|
Jumlah
|
6.431
|
100
|
(4)
d. Penduduk
menurut pendidikan
Pendidikan
|
Jumlah
|
%
|
Tidak
tamat SD
|
561
|
11,44
|
SD
– SLTP
|
3.740
|
76,26
|
SLTA
|
529
|
10,79
|
AK
/ PT
|
74
|
1,51
|
Jumlah
|
4.904
|
100
|
e. Lapangan
Pekerjaan
·
Buruh tani : 163
·
Petani
: 1091
·
Pedagang : 56
·
PNS
: 41
·
Buruh swasta : 856
·
Pengrajin : 187
·
Guru swasta : 72
·
Penjahit
: 10
·
Pertukangan : 436
·
Supir
: 11
f. Fasilitas
yang ada di Desa Bantrung
Sarana Pendidikan Sarana Ibadah
- PAUD : 3
- masjid : 5
- POS PAUD : 1
- musholla : 25
- TK/RA
: 2/3 -
ponpes : -
- SD/MI : 3/2
- SLTP/MTs : 1
- SLTA/MA : -
(5)
Desa Bantrung
adalah salah satu desa di Kecamatan Batealit, Jepara. Letak desa ini jika dari
arah Jepara berada lebih kurang 7 Km ke arah hutan pinus Setra. Desa Bantrung
berbatasan langsung dengan Desa Bawu.
Lantas bagaimana
cerita asal mula desa yang tidak jauh dari pusat kecamatan itu dinamakan
Bantrung? Berikut cerita yang dituturkan salah satu warga desa bantrung yakni
(ibu siti nuri’ah).
Mulanya di desa
yang kini bernama Desa Bantrung sering didatangi pengamen yang menggunakan
kentrung (rebana) sebagai alat musiknya. Setiap hari pengamen tersebut berjalan
keliling dengan menabuh rebana seorang diri. Oleh sebab itulah, wilayah
tersebut dinamakan Desa Bantrung.
Karena saking
luasnya wilayah mengamen, orang tersebut pun memetak-metakan desa Bantrung
menjadi enam kelompok, yang kini dinamakan dukuh.
Pertama Bantrung
Pendem. Kenapa dinamakan Bantrung Pendem? Karena di wilayah ini, banyak
terdapat makam. Jadi sepanjang perjalanan orang tersebut mengamen menjumpai
banyak makam. Itu sebabnya diberi nama Bantrung Pendem.
Kemudian Bantrung
Kedung Dowo. Dinamakan Bantrung Kedung Dawa lantaran saat mengamen menggunakan
kentrung, si pengamen dalam perjalanan ngamennya menjumpai (dan menyusuri) sungai
yang sangat panjang dan dalam. Kedung dalam bahasa Jawa yaitu bagian sungai
yang paling dalam (palung sungai), sedangkan dawa artinya panjang.
Selain itu, ada yang
diberi nama Bantrung Krajan. Nama tersebut diberikan lantaran saat berkeliling
mengamen, pengamen tersebut menjumpai banyaknya kranjang yang terbuat dari
janur. Selain menjumpai banyak kranjang janur, si pengamen menjumpai sungai
dengan bebatuan yang melekah.
(6)
Berikutnya Dukuh
Bantrung Ngancar. Dulunya ada pengamen yang sedang berkeliling mengamen pasti
beristiharat minum dan mandi di sungai yang airnya jernih. Aliran air sungai
itu mengalir deras. Selain itu, di sungai tersebut juga terdapat air terjun.
Selanjutnya Bantrung
Sekuto dan Bantrung Sendang. Menurut, kenapa dinamakan Bantrung Sekuto?, karena
wilayah tersebut wilayah yang paling ramai. Itu sebabnya diberi nama Bantrung
Sekuto, yaitu dari kata Kuto (Kota). Dimana kota selalu identik dengan pusat
keramaian. Sedangkan untuk penamaan Bantrung Sendang, bu siti menuturkan karena
dulunya di wilayah tersebut banyak terdapat sendang atau belik. Sendang atau
belik (bahasa Jawa) yaitu sumber mata air yang keluar dari tanah. Kemudian
membentuk seperti kolam besar.
Kali ini ibu siti
nuri’ah nampak lebih bersemangat menuturkan legenda-legenda pedukuhan di desa
tempatnya bermukim. Kebanggan itu nampak, mungkin beliau sadar betul karena tak
banyak generasi saat ini yang ingin belajar mengetahui legenda asal mula desa
tempatnya tinggal. Padahal, setiap desa pasti memiliki cerita legenda yang
melatarbelakangi penamaan atau terjadinya desa tersebut.
(7)
C.
Bahasa
1. Tingkatan Bahasa yang digunakan
Adapun
tingkatan-tingkatan bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi adalah
bahasa jawa karma : kromo alus, kromo inggil, ngoko alus, ngoko lugu.
2.
Ciri-ciri
yang menonjol dari bahasa itu
Adapun ciri khas pengucapan yang ada di desa bantrung ini
adalah kata-kata ‘’ heeh ndok’’, ’’ aku
kik’’, ‘’sih’’.
3.
Variasi
menurut lapisan sosial
Variasi-variasi
yang biasa digunakan adalah : karma alus ( kepada orang yang lebih tua ), ngoko
alus ( sesama teman sebaya), ngoko lugu (sesama orang dewasa), dan bahasa
Indonesia (ditingkat formal).
(8)
D.
Sistem
Teknologi
1.
Alat-alat
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
·
Alat-alat dapur
: panci, wajan, kendil, centhong, serok, susuk,dll.
·
Angkutan
: sepeda motor, mobil, angkudes.
2.
Alat-alat
yang dipertahankan
·
Alat dapur
: cowek tanah liat, lumpang, alu, tampah, pawon, lampu minyak, dan kukusan.
·
Angkutan
: sepeda onto
3.
Alat-alat
yang dating dari luar
·
Kompor gas - tractor
·
Handphone - oven
·
Laptop -
blender
·
mobil. -
serkel, dan lain-lain.
E.
Sistem
Mata Pencaharian
1.
Sistem Produk Lokal
Desa Bantrung di dominasi dengan
produk lokal adalah pertanian.
2.
Sistem
Distribusinya
Pemasaran hasil bertani ini dijual lewat sarana pengiriman yaitu truk ke
gen-agen pemasaran beras dan dikirim juga ke pabrik-pabrik beras diluar kota.
Selain itu juga dijual ke pasar-pasar secara langsung.
3. Sistem Konsumsi
selain dijual kepada para produsen kebanyakan hasil produksi digunakan
untuk kebutuhan pribadi dalam kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
(9)
F.
Sistem
Kekerabatan Organisasi Sosial
1.
Sistem
Kekerabatan
a.
Bentuk kekerabatan
Bentuk kekerabatan yang digunakan
adalah bilateral yang terdiri dari ayah dan ibu.
b.
Pola Perkawinan
·
Tali Padu (Tunangan)
·
Mencari atau menentukan hari dan tanggal yang
baik untuk menikah
·
Menikah
c.
Istilah-istilah sebutan dalam kelompok
kerabat
· Ma’e
|
· Mbah
kakung
|
· Pa’e
|
· Mbah
putri
|
· Bapak
/ ibu
|
· Pakde
|
· Mbah
|
· makde
|
· buyut
|
· lek
|
2.
Sistem
organsasi social
a. Pemimpin
adat biasanya disebut dengan kyai atau moden dan para sesepuh desa (kamituwo)
b. Pemimpin
agama biasanya disebut dengan kyai atau ustadz
c. Pemimpin
dalam pemerintah (formal) biasa disebut dengan kepala desa atau petinggi, RT,
RW.
(10)
G.
Sistem
Pengetahuan
1.
Pengetahuan
yang khas
Pengetahuan yang khas yang dimiliki
adalah membuat makanan kripik dari ubi-ubian yakni : ubi jalar, singkong, dan
talas, karena sebagian besar penduduk Desa Bantrung berprofesi sebagai petani.
2.
Pengetahuan
melalui pendidikan
Pengetahuan melalui pendidikan meliputi
sekolah, masa media, kursus dan mengaji. Selain itu system pengetahuan pada
masyarakat Desa Bantrung meliputi system pengetahuan tentang pertanian karena
masyarakat di Desa Bantrung mayoritas
bekerja sebagai petani tersebut jika mulai dating musim hujan, mereka melakukan
kegiatan menanam padi, dan jagung. Karena pada musim ini tanah mengalami
kesuburan yang baik. Setelah jarak 3 bulan kemudian para petani tersebut mulai
mengawali musim panen. Akan tetapi, mereka juga terkadang mengalami kerugian besar
jika banjir melenyapkan tanamannya termasuk sawah-sawah yang berada di pinggir
sungai.
3.
Cara
merealisasikan pengetahuan itu
Dengan cara melakukan kegiatan sebagai
guru mengaji di musholla-musholla atau sebagai guru madrasah. Sebagai
penyuluhan masyarakat dan menambah ilmu agama masyarakat dengan cara kyai atau
ustadz ceramah di majlis-majlis ta’lim.
(11)
H.
Kesenian
1.
Seni
rupa
Adapun seni rupa yang ada di desa ini berupa
seni ukir karena ada juga sebagian masyarakat Desa Bantrung berprofesi sebagai
tukang. Dan juga pemilik mebel-mebel. Selain seni ukir ada juga tata rias.
2.
Seni
Suara
·
Terbangan
·
Orkes
·
Kentrung
I.
Sistem
Kepercayaan / Religi
1.
Nama dan
macam-macam kepercayaan
Menurut para sesepuh masih ada kepercayaan
yakni masyarakat setempat masih percaya dengan adanya punden yang dipercayai
menjadi sarana tempat untuk melakukan ritual sakral.
2.
Upacara
Keagamaan
Adapun
macam-macam upacara keagamaan yang biasa dilakukan:
·
Suronan : yang dilaksanakan tanggal 10 suro.
Dengan itu masyarakat desa bantrung membuat bubur abang(bubur merah) yang
kemudian dibawa ke masjid. Selain itu juga membaca yasin 3 kali dan tahlilan
dan doa bersama yang dipimpin seorang kyai yang dilaksanakan pada tanggal 1
syuro bertempatan di masjid-masjid, ataupun di musholla-musholla.
·
Rajabiyah : yang dilaksanakan setiap tanggal 27
rajab. Dan juga membaca yasin dan tahlilan, kemudian sang ustadz biasanya
menceritakan perjalan hijrahnya rasulullah.
(12)
·
Yasinan : dilakukan rutin setiap malam jumat
·
Syrakalan(al-barjanji) : dilaksanakan pada malam
senin secara rutin.
·
Maulid nabi : biasanya di masjid-masjid ataupun
di musholla melakukan syrakalan/al-barjanji selama 12 hari, mulai dari tanggal
1 sampai tanggal 12 maulud. Dan di akhir tanggal 12 maulud itu biasanya ada
selametan, doa bersama, dan ceramah dari ustadz/kyai.
·
Sedekah bumi/Kabumi/apit, dan lain sebagainya.
3.
Upacara
selamatan
Adapun
beberapa upacara yang dilakukan meliputi :
·
Mitoni : dilakukan pada seorang ibu hamil. Dan
janin sudah berumur 7 bulan
·
Tolak balak
·
Mapati : mendoakan agar sang bayi yang ada di
dalam kandungan pada saat janin berumur 4 bulan.
(13)
BAB
III
DAFTAR
RESPONDEN
Identitas
narasumber dan waktu wawancara :
1. Karsani
(carik) : 10.00 Wib, 13 November 2015, di kantor balai desa
2. Farida “Kebayan”
: 10.00 Wib, 13 November 2015, di kantor balai desa
3. Ibu Siti
Suri’ah “masyarakat” : 19.00 Wib, 16 November 2015, di rumahnya
(14)
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah
penulis melakukan penelitian ini pengetahuan keadaan kehidupan suatu suku
bangsa yaitu pada desa dongos maka penulis mengambil kesimpulan :
a. Mempelajari
keadaan suatu desa dapat memberi wawasan terhadap kita tentang keadaan suatu
masyarakat desa.
b. Setiap
desa mempunyai tata cara yang berbeda dalam menjalankan kehidupan sehari-hari
c. Asal-usul
suatu desa berhubungan dengan suatu peristiwa yang bersejarah
d. Kehidupan
masyarakat desa masih tradisional tetapi masih tetap mengikuti perkembangan
zaman yang sesuai dengan kebudayaan desa tersebut.
e. Masyarakat
desa masih mementingkan satu sama lain sehingga kekerabatan sangat erat.
B.
Saran
Hendaknya
sebagai generasi muda kita harus mengetahui tentang keragaman suku bangsa
termasuk juga keragaman desa tempat tinggal kita. Karena dari situlah kita
dapat melestarikan kebudayaan suatu bangsa, serta kita dapat menambah wawasan
tentang keunikan-keunikan kebudayaan yang dimiliki desa kita.
(15)
BAB V
PENUTUP
Alhamdulillah berkat rahmat Allah
SWT, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan tiada hambatan yang
berarti. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki penulis sangat mengharapkan
saran dan kritikan untuk menjadikan penulis lebih baik di kemudian hari.
Semoga hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri, kami sadari tiada
kesempurnaan yang ada pada penulis, karena kesempurnaan itu hanya dimiliki oleh
Allah SWT. Dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.
(16)
Selain membuat artikel pelajaran dan sejarah jepara
BalasHapusSaya juga membuat produk furniture jepara , silahkan lihat di
mebel jepara
Selain membuat artikel pelajaran dan sejarah jepara
BalasHapusSaya juga membuat produk furniture jepara , silahkan lihat di
furniture jepara