BAB II
PEMBAHASAN
1.MUNADA
A.Pengertian
اسمٌ
وقعَ بعدَ حرفٍ من
أَحرف النداءِ
Munada Adalah Isim Yang Jatuh Setelah Huruf-Huruf Nida (Panggilan), Contoh : يا عبدَ الله atau dengan pengertian redaksi lain,
هو طَلَبُ الإقبالِ مِنَ المُخَاطَبِ بحرفٍ مِن أدواتِهِ، منصوبٌ على إضمار الفِعل المَتْرُوكِ إظْهَارُه
Artinya, Munada adalah sebuah permintaan menghadap dari seorang mukhotob dengan menggunakan huruf-huruf nida (pangilan) yang dibaca nashob dengan mengira-ngirakan dhomir fi’il yang dibuang.
Huruf-huruf Nida’ itu ada 7 diantaranya :
• "أَ، أَيْ ini digunakan untuk mukhotob yang dekat jaraknya.
• أيا وهَيا وآ ini digunakan untuk mukhotob yang jauh
• يا untuk umum baik mukhotob itu dekat atau jauh atau sedang-sedang.
• وا untuk “ لنُّدبة “
Munada Adalah Isim Yang Jatuh Setelah Huruf-Huruf Nida (Panggilan), Contoh : يا عبدَ الله atau dengan pengertian redaksi lain,
هو طَلَبُ الإقبالِ مِنَ المُخَاطَبِ بحرفٍ مِن أدواتِهِ، منصوبٌ على إضمار الفِعل المَتْرُوكِ إظْهَارُه
Artinya, Munada adalah sebuah permintaan menghadap dari seorang mukhotob dengan menggunakan huruf-huruf nida (pangilan) yang dibaca nashob dengan mengira-ngirakan dhomir fi’il yang dibuang.
Huruf-huruf Nida’ itu ada 7 diantaranya :
• "أَ، أَيْ ini digunakan untuk mukhotob yang dekat jaraknya.
• أيا وهَيا وآ ini digunakan untuk mukhotob yang jauh
• يا untuk umum baik mukhotob itu dekat atau jauh atau sedang-sedang.
• وا untuk “ لنُّدبة “
B. Macam-macam Munada dan Hukumnya
1) Munada Mufrod Ma’rifat
Munada mufrod ma’rifat adalah munada (panggilan) pada nama atau isim-isim yang mufrod yang ma’rifat sepetinama orang, nama kunyah, nama laqob. Dalam hal ini Munada dibaca nashob secara mahal.contoh : يا زُهيرُ
2) Munada Nakiroh Maqsudah
Nakiroh maqsudah adalah nakiroh, atau semua kata yang umum akan tetapi tertuju pada indifidu atau personel tertentu. Contoh :
يا رجلُ dalam hal ini munada tetap dibaca rofa’ akan tetapi bermahal nashob. Walaupun bentuk katanya “رجلُ “ adalah nakiroh akan tetapi mempunyai kemiripan dengan ma’rifat, yaitu tertuju pada individu tertebtu.
3) Munada Nakiroh Ghoiru Maqsudah
Nakiroh ghoiru maqsudah berarti kebalikan dari poin no.2 artinya nakirih yang asli nakirih. Kata umum yang tidak tertuju pada satu individu tertentu, contoh :
يا غافلاً تنبّهْ
Dalam hal in munada wajib dibaca nashob.
4) Munada Mudlof
Munada mudlof adalah munada atau panggilan yang tersusun atas dua kalimat isim (susunan mudlof-mudlof ileh) contoh :
يا عبدَ اللهِ
Dalam hal ini munada juga wajib dibaca nashob.
1) Munada Mufrod Ma’rifat
Munada mufrod ma’rifat adalah munada (panggilan) pada nama atau isim-isim yang mufrod yang ma’rifat sepetinama orang, nama kunyah, nama laqob. Dalam hal ini Munada dibaca nashob secara mahal.contoh : يا زُهيرُ
2) Munada Nakiroh Maqsudah
Nakiroh maqsudah adalah nakiroh, atau semua kata yang umum akan tetapi tertuju pada indifidu atau personel tertentu. Contoh :
يا رجلُ dalam hal ini munada tetap dibaca rofa’ akan tetapi bermahal nashob. Walaupun bentuk katanya “رجلُ “ adalah nakiroh akan tetapi mempunyai kemiripan dengan ma’rifat, yaitu tertuju pada individu tertebtu.
3) Munada Nakiroh Ghoiru Maqsudah
Nakiroh ghoiru maqsudah berarti kebalikan dari poin no.2 artinya nakirih yang asli nakirih. Kata umum yang tidak tertuju pada satu individu tertentu, contoh :
يا غافلاً تنبّهْ
Dalam hal in munada wajib dibaca nashob.
4) Munada Mudlof
Munada mudlof adalah munada atau panggilan yang tersusun atas dua kalimat isim (susunan mudlof-mudlof ileh) contoh :
يا عبدَ اللهِ
Dalam hal ini munada juga wajib dibaca nashob.
5) Munada Syibhu Mudlof
Syibhu mudlof artinya susunan kalimat yang menyerupai susunan mudlof ileh, artinya secara makna membutuhkan mudlof ileh sedang katanya tetap sendiri. Contoh:
يا حسناً خُلُقُهُ
Dalam hal ini munada juga wajib dibaca nashob.
C. Amil yang menashobkan Munada
Dalam hal ini ada dua emungkinan yang membuat munada dibaca nashob. Diantaranya:
1. Adakalanya dinashobkan fi’il yang wajib dibuang, yang bila dikira-kirakan menggunakan lafadh “ أَدعو “.
2. Adakalanya dinashobkan oleh huruf-huruf nida’ itu sendiri.
D. Munada dengan “أَلْ “
Jika dikehendaki membuat munada dengan menggunakan “أَلْ “ maka sebelumnya harus ditambah dengan kata “أيُّها “ untuk bentuk mudzakkar atau kata “أَيّتُها “ untuk bentuk muannas. Contoh :
يا أيُّها الناسُ اتَّقوا ربَّكم§
يا أيُّها الإنسانُ ما غَرَّكَ بربّكَ الكريم§
يا أيتُها النفسُ المُطمَئِنّةُ§
Dan jika munada-nya berupa lafadh jalalah semisal “ألله “ tetap mengikuti kaidah munada dengan “أَلْ “ akan tetapi hamzahnya dibuang secara wujub.contoh “يا ألله “ akan tetapi yang paling lazim dan sering terjadi di kalangan kita adalah dengan membuang huruf nida’dan mengantinya dengan mim yang disyidah dan dibaca fathah yang menunjukkan faidah ta’dhim, contoh : "اللهمَّ ارحمنا"
E. Membuang Huruf Nida’ dan membuang Munadanya
• Membuang huruf Nida’
Boleh membuang huruf nida’ jika sudah mafhum atau banyak terjadi, atau sering diucapkan, contoh : dalam surat Yusuf :
"يوسفُ، أَعرِضْ عن هذا"ü
"رَبِّ أَرِني أَنظُرْ إليكَ"ü
• Membuang Munada
Sama hal-nya dengan mebuang huruf nida’, membuang munada juga diperbolehkan, contoh :
يا ليتني كنت معَهم، فأفوزَ فوزاً عظيماًü
يا نَصَرَ اللهُ من يَنصُرُ المظلومَü
Dan perkiraan kata yang dibuang adalah disesuiakan dengan maqomya atau kedudukan dan posisi kalimatnya masing-masing.
Syibhu mudlof artinya susunan kalimat yang menyerupai susunan mudlof ileh, artinya secara makna membutuhkan mudlof ileh sedang katanya tetap sendiri. Contoh:
يا حسناً خُلُقُهُ
Dalam hal ini munada juga wajib dibaca nashob.
C. Amil yang menashobkan Munada
Dalam hal ini ada dua emungkinan yang membuat munada dibaca nashob. Diantaranya:
1. Adakalanya dinashobkan fi’il yang wajib dibuang, yang bila dikira-kirakan menggunakan lafadh “ أَدعو “.
2. Adakalanya dinashobkan oleh huruf-huruf nida’ itu sendiri.
D. Munada dengan “أَلْ “
Jika dikehendaki membuat munada dengan menggunakan “أَلْ “ maka sebelumnya harus ditambah dengan kata “أيُّها “ untuk bentuk mudzakkar atau kata “أَيّتُها “ untuk bentuk muannas. Contoh :
يا أيُّها الناسُ اتَّقوا ربَّكم§
يا أيُّها الإنسانُ ما غَرَّكَ بربّكَ الكريم§
يا أيتُها النفسُ المُطمَئِنّةُ§
Dan jika munada-nya berupa lafadh jalalah semisal “ألله “ tetap mengikuti kaidah munada dengan “أَلْ “ akan tetapi hamzahnya dibuang secara wujub.contoh “يا ألله “ akan tetapi yang paling lazim dan sering terjadi di kalangan kita adalah dengan membuang huruf nida’dan mengantinya dengan mim yang disyidah dan dibaca fathah yang menunjukkan faidah ta’dhim, contoh : "اللهمَّ ارحمنا"
E. Membuang Huruf Nida’ dan membuang Munadanya
• Membuang huruf Nida’
Boleh membuang huruf nida’ jika sudah mafhum atau banyak terjadi, atau sering diucapkan, contoh : dalam surat Yusuf :
"يوسفُ، أَعرِضْ عن هذا"ü
"رَبِّ أَرِني أَنظُرْ إليكَ"ü
• Membuang Munada
Sama hal-nya dengan mebuang huruf nida’, membuang munada juga diperbolehkan, contoh :
يا ليتني كنت معَهم، فأفوزَ فوزاً عظيماًü
يا نَصَرَ اللهُ من يَنصُرُ المظلومَü
Dan perkiraan kata yang dibuang adalah disesuiakan dengan maqomya atau kedudukan dan posisi kalimatnya masing-masing.
2.MUSTATSNA
A.Pengertian
Mustatsna adalah isim manshub yang terletak
setelah alat istitsna untuk mengecualikan keadaan/hukum sebelumnya. Kata
sebelum alat istitsna disebut mustatsna dan kata setelah alat istitsna disebut
mustatsna minhu.
Contoh kalimat:نجح الطلاب إلا زيدا (Najaha at-thullabu illa zaidan = Para mahasiswa itu telah lulus kecuali Zaid)
Kata "at-thullab" merupakan mustatsna minhu, kata "zaidan" (zaid) merupakan mustatsna (yang dikecualikan). Dan "illa" merupakan alat istitsna.
B.Penggunaan Mustatsna
v
Ketentuan mustatsna dengan illa:
1. Jika kalimatnya sempurna dan kalimat positif, maka mustatsna wajib
manshub. Seperti contoh di atas.2. Jika kalimatnya sempurna tapi kalimat negatif (mengandung kata "tidak"), maka mustatsna boleh manshub dan boleh mengikuti mustatsna minhu.
Contoh:
ما نجح الطلاب إلا زيدا / زيدٌ
(Maa Najaha at-thullabu illa zaidan/zaidun = Tidak ada para mahasiswa itu yang telah lulus kecuali Zaid)
Boleh dibaca zaidan (manshub) dan boleh mengikuti mustatsna minhu (dalam kalimat ini yaitu at-thullabu yang beri'rob rofa'), sehingga boleh marfu' dan dibaca zaidun.
3. Jika kalimatnya tidak sempurna (tidak disebutkan mustatsna minhu nya) dan kalimatnya negatif, maka i'rob mustatsna adalah sesuai kedudukannya di dalam kalimat tersebut.
Contoh:
ما نجح إلا زيدٌ (Maa najaha illa Zaidun = Tidak ada yang lulus kecuali Zaid)
Dibaca marfu' karena kedudukannya sebagai fa'il.
contoh lain:
ما رأيت إلا زيداً (Maa ro-aitu illa zaidan = Aku tidak melihat kecuali Zaid),
Dibaca manshub karena kedudukannya sebagai maf'ulun bih.
Alat istitsna, selain "illa" (إلا), juga ada ghoiru (غير), siwaa (سوى), kholaa (خلا), hasyaa (حاشا).
v
Ketentuan mustatsna dengan ghoiru dan siwaa:
1. Isim setelah ghoiru dan siwaa selalu majrur karena dianggap mudhof ilaih2. Lafadh ghoiru dan siwaa ber-i'rob seperti hukum mustatsna dengan illa.
Contoh kalimat:
قام الرجال غيرَ زيد (Qooma ar-rijaalu ghoiro zaidin = Para lelaki itu berdiri kecuali zaid)
Dibaca zaidin karena selalu isim setelah ghoir atau siwaa adaah majrur. Dibaca ghoro (manshub) karena kalimatnya sempurna dan positif, dimana pada kalimat seperti itu mustatsna dengan illa ber-i'rob nashob, sehingga dibaca ghoiro.
contoh lain:
ما قام غيرُ زيد (Maa qooma ghoiru zaidin = Tidak ada yang berdiri kecuali zaid)
Dibaca ghoiru (marfu') karena kalimatnya tidak sempurna (tidak disebutkan mustatsna minhu dan kalimatnya negatif, dimana pada kalimat seperti itu mustatsna dengan illa ber-i'rob sesuai kedudukannya dalam kalimat, yaitu pada kalimat ini berkedudukan sebagai fa'il.
v
Ketentuan mustatsna dengan 'adaa dan haasyaa:
Mustatsna dengan 'adaa dan haasyaa boleh manshub
dan boleh majrur. Manshub sebagai maf'ulun bih karena 'adaa dan haasyaa bisa
dikatakan fi'il madhi. Majrur karena 'adaa dan haasyaa dapat juga disebut huruf
jar.
Jadi mustatsna dengan 'adaa dan haasyaa bisa dibaca manshub ataupun majrur.
Jadi mustatsna dengan 'adaa dan haasyaa bisa dibaca manshub ataupun majrur.
DAFTAR PUSTAKA
Djuha, Djawahir. Tatabahasa Arab (Ilmu Nahwu). Bandung: Sinar Baru.
1989.
Rahman, Salimudin
A. Tata Bahasa Arab Untuk Mempelajari Al-Qur’an.
Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2004.
Umam, Chatibul. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu. Jakarta: Darul Ulum Press.
2000.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.
Munada adalah
isim yang terletak setelah huruf nida’. Sedangkan salah satu huruf nida’ yang
sering digunakan adalah يَا. Baik untuk
memanggil dari jarak dekat dan jauh. Sedangkan munada terbagi menjadi lima,
yaitu:
a. Munada mufrad
alam
b. Nakirah
maqssudah
c. Nakirah ghairu
maqsudah
d. Munada mudhaf
e. Munada
syibhul-mudhaf
2. Mustatsna adalah isim manshub yang terletak
setelah alat istitsna untuk mengecualikan keadaan/hukum sebelumnya. Kata
sebelum alat istitsna disebut mustatsna dan kata setelah alat istitsna disebut
mustatsna minhu.
B.Saran
Harapan saya kepada para pembaca,
teman-teman, khususnya bagi dosen pembimbing agar kiranya memperbaiki
setiap kesalahan atau kesimpulan baik disengaja maupun tidak disengaja, dalam uraian
isi makalah ini khususnya, dan para mahasiswa umumnya. Semoga kritik dan saran
dari kalian dapat membantu untuk perbaikan makalah ini selanjutnya.
C.Kata
Penutup
Demikian uraian
makalah tentang munada dan mustatsna.makalah ini dibuat untuk melengkapui
tugas yang diberikan oleh bapak guru.semoga dapat bermanfaat.kritik dan saran
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,atas
limpahan rahmat,taufiq serta hidayahnya kepada penuis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan para sahabat serta pengikutnya.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, Maka dengan segala
keterbatasan dan kekurangan, penulis berusaha dengan semaksimal mungkin demi
terwujudnya makalah yg berjudul”-PENGERTIAN MUNADA DAN MUSTASNA,MACAM NYA
,SERTA PENGGUNAAN NYA DALA M KALIMAT”
Akhirnya pada semua pihak, penulis mengharapkan saran dan
kritik yg mengarah pada perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga dapat
bermanfaat.
Jepara, Agustus 2014
Penyusun
PENGERTIAN MUNADA DAN MUSTASNA,
MACAMNYA, SERTA PENGGUNANNYA DALAM KALIMAT (JUMLAH MUFIDAH)
Di susun
oleh:Tsalisatul Munawaroh
Kelas:XII
IPA 2
MAN BAWU
JEPARA
TP.2014/2015
DAFTAR ISI
Halaman
judul
Kata
pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
B.Rumusab
Masalah
C.Tujuan
Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
munada dan macamnya
B.Pengertian
mustasna
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
C.Kata
penutup
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar