Dua ekor kambing berjalan dengan
gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam, saat itu
secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang
dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh,
telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang
dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara
bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor
kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani
pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa
ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan mereka
untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.
Saat salah satu kambing menapakkan
kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga
menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di
tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling
mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya
jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di
bawahnya.
Lebih baik mengalah daripada
mengalami nasib sial karena keras kepala.
Seekor
kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki
sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai
tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang
memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut.
Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya,
berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu
keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam
melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran
di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang
kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam
saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut
kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak
akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil
keuntungan dari kemalangan orang lain.
Seorang yang sangat pelit mengubur
emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap
hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan
menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya
yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang
mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu
malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan
membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan
hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil
menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan
lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!"
kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu?
Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di
dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli
sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak
si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu.
Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas
itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil
sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah
kosong itu.
"Kalau begitu," katanya
lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang
telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya
dengan kegunaan harta tersebut.
Pada suatu musim yang sangat kering,
dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk
diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air.
Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi
sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air
yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak
tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul
dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian
menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu
memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun
berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat
di capai oleh sang burung Gagak.
Walaupun sedikit, pengetahuan bisa
menolong diri kita pada saat yang tepat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar